Sinyal vs. Substansi: Pelajaran dari Universitas Ternama yang Memangkas Kurikulumnya
- KANOPI FEB UI
- Jul 25
- 6 min read

Judul Artikel : The effect of human capital on earnings: Evidence from a reform at Colombia's top university
Penulis : Carolina Arteaga
Tahun Terbit : 2018
Jurnal : Journal of Public Economics
Diulas oleh Martinus Evan Aristianto
Dilema Fundamental Pendidikan Tinggi Pendidikan sudah lama dianggap sebagai katalis mobilitas sosial bagi seseorang untuk naik kelas (Edo & Yasin, 2024), yang membuka akses seseorang untuk mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik secara struktural (Yuniarto, 2016). Namun, di balik konsensus ini, tersimpan sebuah perdebatan fundamental: apa sesungguhnya “nilai jual” dari sebuah ijazah pendidikan tinggi? Apakah nilai tersebut terletak pada pengetahuan dan keterampilan (modal manusia) yang benar-benar diasah selama masa studi? Ataukah ijazah tersebut lebih berfungsi sebagai sinyal kredibel bagi pemberi kerja untuk menyaring talenta terbaik?
Untuk memahami dimensi perdebatan ini, penting untuk menguraikan logika dibalik kedua kerangka teori tersebut. Pertama, teori modal manusia berpendapat bahwa pendidikan akan meningkatkan produktivitas dan upah (Becker, 1962 and Mincer, 1974) melalui transfer pengetahuan dan keterampilan. Sebaliknya, Teori Sinyal menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah merefleksikan korelasi antara pendidikan dan kemampuan tersembunyi (unobserved ability) seorang individu, di mana ijazah berfungsi sebagai penanda kualitas di tengah ketidakpastian informasi di pasar tenaga kerja.
Untuk menguji pertentangan teoretis ini, Carolina Arteaga dalam artikelnya "The effect of human capital on earnings: Evidence from a reform at Colombia's top university" mengajukan sebuah pengujian kritis. Tujuan penelitiannya adalah menguji secara kausal dampak dari pengurangan konten pendidikan (modal manusia) terhadap pendapatan lulusan sembari menjaga reputasi institusi (sinyal) tetap konstan sekaligus memanfaatkan sebuah "eksperimen alami", yaitu reformasi kurikulum di universitas terkemuka Kolombia yang mengurangi jumlah mata kuliah; tetapi tidak mengubah standar penerimaan mahasiswanya sama sekali. Dalam situasi ideal ini, kualitas rata-rata mahasiswa yang masuk akan tetap sama sehingga ‘sinyal’ yang dikirimkan oleh ijazah tersebut seharusnya tidak berubah sama sekali. Jadi, penelitian ini memisahkan efek 'sinyal' dari efek 'modal manusia' untuk mengukur kontribusi masing-masing terhadap nilai ekonomi sebuah gelar sarjana.
Reformasi Kurikulum di Kolombia
Untuk memahami dasar dari "eksperimen alami" yang dimanfaatkan oleh Arteaga, penting untuk menelaah konteks institusional dan detail dari reformasi kurikulum yang terjadi. Latar penelitian adalah Universidad de Los Andes, sebuah universitas swasta yang menempati peringkat pertama di Kolombia. Pada tahun 2006, universitas ini memutuskan untuk merombak kurikulumnya dengan tujuan utama mengadopsi standar internasional dengan durasi studi yang lebih pendek (4 tahun) dan mendorong mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pascasarjana.
Reformasi ini diimplementasikan secara berbeda di setiap departemen. Penelitian ini secara khusus menyoroti perubahan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Di jurusan Ekonomi, kurikulum dipangkas secara signifikan sebanyak 12 mata kuliah atau setara dengan 20% dari total kredit, sedangkan di jurusan Bisnis dipangkas sekitar 14% dari total kredit. Perubahan ini mencakup pengubahan enam mata kuliah wajib, termasuk mata kuliah fundamental, seperti Kebijakan Moneter; Keuangan Publik; dan Perdagangan Internasional menjadi mata kuliah pilihan. Selain itu, beberapa mata kuliah lain digabungkan untuk efisiensi. Sementara itu, di jurusan Bisnis, reformasi mencakup penghapusan mata kuliah, seperti Pemrograman Komputer dan Simulasi, dan pengurangan jumlah mata kuliah pilihan wajib.
Penelitian ini juga memastikan bahwa reformasi tersebut benar-benar efektif dalam mengurangi paparan pendidikan mahasiswa. Berdasarkan data internal universitas, terbukti bahwa setelah reformasi, rata-rata durasi studi mahasiswa Ekonomi dan Bisnis menurun sekitar setengah tahun. Lebih jauh lagi, jumlah total kredit yang diambil oleh mahasiswa hingga lulus juga menunjukkan penurunan tajam sekitar 16% untuk jurusan Ekonomi. Fakta ini mengonfirmasi bahwa "dosis" modal manusia yang diterima mahasiswa memang secara nyata berkurang sehingga menciptakan kondisi yang ideal untuk menguji hipotesis penelitian.
Data dan Metodologi
Penelitian ini menggunakan data administratif berskala besar dari Kementerian Pendidikan Kolombia, yang dikenal sebagai Observatorio Laboral de Educación (OLE). Data ini mencakup informasi detail mengenai upah bulanan di sektor formal, universitas, program studi, dan tahun kelulusan dari tahun 2008 hingga 2012. Peneliti menggunakan dua subjek penelitian yang berbeda. Kelompok perlakuan (treatment group) terdiri dari lulusan lulusan program studi Ekonomi dan Bisnis dari Universidad de Los Andes yang terkena dampak reformasi kurikulum. Sementara itu, kelompok kontrol (control group) adalah lulusan dari program studi yang sama di 10 universitas ternama lainnya di Kolombia yang kurikulumnya tidak berubah.
Analisis utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Difference-in-Differences (DID). Metode ini digunakan untuk mengukur dampak murni dari reformasi kurikulum. Sebuah metode kuantitatif standar untuk mengestimasi dampak kausal dari sebuah intervensi. Metode ini bekerja dengan logika yang intuitif. Pertama, peneliti menghitung perubahan rata-rata upah lulusan dari Universidad de Los Andes sebelum dan sesudah reformasi. Tentu saja, perubahan ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor lain, seperti inflasi atau pertumbuhan ekonomi. Untuk mengisolasi efek dari faktor-faktor luar tersebut, peneliti kemudian melakukan hal yang sama pada kelompok kontrol, yaitu lulusan dari 10 universitas ternama lainnya yang tidak mengubah kurikulum mereka. Perubahan upah pada kelompok kontrol ini dianggap sebagai 'perubahan normal' yang terjadi di pasar. Terakhir, 'perubahan normal' ini dikurangkan dari perubahan yang terjadi pada lulusan Los Andes. Selisih inilah yang dianggap sebagai dampak kausal sebenarnya dari pengurangan mata kuliah, bersih dari pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya.
Hasil Penelitian
Hasil utama dari penelitian ini secara tegas mendukung hipotesis Teori Modal Manusia. Berdasarkan analisis regresi Difference-in-Differences yang disajikan dalam (Tabel 1), ditemukan bahwa reformasi kurikulum yang mengurangi jumlah mata kuliah memiliki dampak negatif yang signifikan secara statistik terhadap pendapatan lulusan. Secara spesifik, upah rata-rata lulusan program studi Ekonomi mengalami penurunan sebesar 16%, sementara lulusan Bisnis mengalami penurunan sebesar 13% dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dari kelompok kontrol. Temuan ini secara langsung menantang prediksi dari Teori Sinyal murni, yang menghipotesiskan bahwa upah seharusnya tidak berubah selama reputasi dan selektivitas institusi tetap konstan.
Tabel 1. Efek Reformasi Kurikulum terhadap Tingkah Upah


Gambar 1. Pengaruh Reformasi terhadap Pemilihan Kelas

Untuk memastikan bahwa penurunan upah ini murni disebabkan oleh perubahan kurikulum dan bukan oleh penurunan kualitas input mahasiswa, penulis melakukan serangkaian uji validitas yang krusial. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1, tidak ditemukan adanya perubahan signifikan pada skor rata-rata ujian masuk (Saber 11) maupun tingkat kelulusan (graduation rates) mahasiswa Universidad de Los Andes setelah reformasi. Temuan ini sangat penting karena membuktikan bahwa "sinyal" kualitas yang dikirimkan oleh mahasiswa (berdasarkan kapabilitas awal mereka) tetap terjaga. Dengan demikian, penurunan upah dapat diasosikan secara lebih meyakinkan kepada berkurangnya transfer pengetahuan dan keterampilan.
Pertanyaan selanjutnya yang dijawab oleh penelitian ini adalah bagaimana pasar tenaga kerja mampu mendeteksi penurunan modal manusia tersebut. Berdasarkan data rekrutmen dari Bank Sentral Kolombia (Tabel 2), menunjukkan bahwa probabilitas lulusan Los Andes untuk berhasil direkrut oleh Bank Sentral turun drastis sebesar 16,7 poin persentase setelah reformasi. Hal ini mengindikasikan bahwa proses seleksi ketat yang dilakukan oleh perusahaan, seperti tes teknis dan wawancara mampu mengidentifikasi kekurangan kompetensi pada lulusan yang menempuh kurikulum yang lebih ringkas, yang pada akhirnya bargaining power mereka turun. Temuan ini secara logis dapat dihubungkan dengan fakta bahwa mata kuliah fundamental, seperti Kebijakan Moneter tidak lagi menjadi kewajiban sehingga tidak mengherankan apabila institusi, seperti Bank Sentral menjadi kurang berminat pada lulusan dari kurikulum baru.
Tabel 2. Pengaruh Reformasi terhadap Proses Rekrutmen.

ROBUSTNESS CHECKS
Untuk memperkuat validitas temuannya, penulis juga melakukan serangkaian uji ketahanan (robustness checks). Salah satunya adalah placebo test, di mana penulis berpura-pura mengasumsikan reformasi terjadi pada tahun yang lebih awal (ketika kenyataannya belum terjadi).
Tabel 3. Uji Plasebo

Hasilnya menunjukkan tidak ada dampak signifikan pada upah, yang membuktikan bahwa penurunan upah benar-benar disebabkan oleh reformasi kurikulum yang dilakukan pada tahun 2006 dan bukan karena tren negatif yang sudah ada sebelumnya pada universitas tersebut. Uji ini mengonfirmasi bahwa temuan utama dari penelitian ini solid.
KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan oleh Carolina Arteaga ini memberikan jawaban empiris yang tegas terhadap perdebatan panjang antara Teori Modal Manusia dan Teori Sinyal. Dengan memanfaatkan "eksperimen alami” berupa reformasi kurikulum di universitas terkemuka Kolombia, studi ini berhasil menunjukkan bahwa pengurangan konten pendidikan sebesar 20% di jurusan Ekonomi dan 14% di jurusan Bisnis secara langsung menyebabkan penurunan upah riil lulusan masing-masing sebesar 16% dan 13%. Temuan ini secara kuat mendukung validitas Teori Modal Manusia yang menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diasah selama masa studi adalah komponen krusial yang menentukan nilai ekonomi seorang lulusan. Meskipun penelitian ini tidak menafikan adanya peran 'sinyal' dari reputasi institusi, hasilnya secara meyakinkan menolak model di mana sinyal adalah satu-satunya faktor yang penting
DISKUSI PENULIS
Pada penelitian ini, penulis tidak menyertakan rekomendasi kebijakan. Namun, kita bisa melihat bahwa hasil penelitian ini memiliki implikasi yang kuat terhadap dunia pendidikan. Setiap kebijakan yang ditetapkan tentu akan menghasilkan suatu distorsi, walaupun dalam skala kecil. Meskipun peristiwa ini tidak diambil dalam konteks Indonesia, tentu ada pelajaran yang dapat dipetik.
Apabila dilihat dari kacamata lokal, Indonesia juga tidak lepas dari adanya reformasi di dunia pendidikan. Tidak hanya di tingkat universitas, tetapi juga di tingkat kebijakan publik. Setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, berganti pula kebijakan di dunia pendidikan, seperti Kebijakan Kampus Merdeka di masa kepemimpinan Nadiem Makarim dan sekarang berganti nama menjadi Diktisaintek Berdampak di era Brian Yuliarto. Meskipun hanya beralasan untuk melanjutkan program sebelumnya, tetapi juga menyentuh aspek yang lebih jauh, seperti riset dan inovasi, selain magang industri saja.
Reformasi kebijakan pendidikan memang memiliki tujuan yang mulia. Dengan menyiapkan mahasiswa supaya bisa masuk ke industri, tak ada lagi permasalahan skill-match yang sering dikeluhkan dari pemberi kerja. Begitu juga dengan mahasiswa, tak ada lagi keluhan bahwa apa yang diajarkan di bangku perkuliahan tidak relevan dengan dunia kerja.
Berkaca dari penelitian ini, penting untuk diingat menjaga kedalaman core competencies supaya tidak terjadi dilusi keahlian yang justru dapat berdampak negatif pada prospek lulusan di pasar tenaga kerja. Selain itu, perguruan tinggi di Indonesia perlu memastikan bahwa setiap reformasi kurikulum, termasuk adopsi program, seperti Kampus Merdeka maupun Diktisaintek Berdampak harus didasarkan pada analisis dampak yang cermat untuk menjaga kualitas penguasaan ilmu fundamental. Tak hanya itu, pemerintah selaku pembuat kebijakan perlu menjamin mutu yang kuat untuk memastikan bahwa pengalaman belajar di luar kampus benar-benar setara dan relevan sehingga tidak mengorbankan kompetensi inti yang dibutuhkan industri.



interesting