Judul Artikel : Associations between State-level Soda Taxes and Adolescent Body Mass index
Penulis : Lisa M. Powell, Ph.D., Jamie Chriqui, Ph.D., M.H.S., dan Frank J. Chaloupka, Ph.D.
Tahun Terbit : 2009
Jurnal : Journal of Adolescent Health
Diulas oleh : Anindya Ayu Putri Paramitha
Latar Belakang
Angka obesitas pada remaja usia 12-19 tahun di Amerika Serikat pada periode 2003-2006 mencapai 17,6%. Data juga menunjukkan tren yang naik selama 2 dekade terakhir dalam total asupan energi remaja terutama peningkatan dalam konsumsi minuman ringan. Kemudahan untuk mendapatkan minuman ringan menyebabkan asupan harian rata-rata minuman ringan oleh remaja meningkat lebih dari dua kali lipat selama periode 1977–1978 hingga 1994–1998. Konsumsi minuman ringan meningkat 5–13 ons untuk anak laki-laki dan 5–11 ons untuk anak perempuan. Selain itu, total asupan kalori harian juga meningkat dari 3,0% menjadi 6,9% (anak usia 2–18 tahun) dan dari 4,1% menjadi 9,8% (dewasa muda).
Tinjauan komprehensif menunjukkan bahwa konsumsi minuman ringan telah dikaitkan dengan peningkatan asupan energi, penurunan asupan nutrisi, dan obesitas. Tidak mengherankan bahwa mengurangi konsumsi minuman ringan dianggap sebagai target utama bagi pejabat kesehatan masyarakat dan pembuat kebijakan sebagai cara potensial untuk mengurangi berat badan terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, diterapkanlah pajak soda tingkat negara bagian yang diterapkan pada 34 negara bagian Amerika Serikat untuk soda yang dijual di grocery stores dan di 39 negara bagian Amerika Serikat untuk soda yang dijual melalui vending machine dengan tarif pajak rata-rata masing-masing sebesar 3,43% dan 4,02%.
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kebijakan fiskal memiliki potensi untuk memengaruhi berat badan seseorang. Harga yang lebih rendah untuk buah dan sayuran secara signifikan berkaitan dengan penurunan berat badan pada anak-anak dan remaja, sementara harga makanan cepat saji yang lebih tinggi berkaitan dengan penurunan berat badan pada remaja. Namun, belum ada studi yang menghubungkan harga atau pajak minuman ringan pada tingkat negara bagian dengan data individu untuk mengevaluasi sejauh mana harga atau pajak memengaruhi berat badan seseorang. Dengan pertimbangan meningkatnya konsumsi minuman ringan di kalangan pemuda dan hubungannya dengan obesitas, penting untuk mengembangkan landasan bukti mengenai sensitivitas harga atau pajak potensial.
Data dan Metodologi
Variabel dan Data
1. Variabel Dependen
Indeks Massa Tubuh Remaja
Data yang digunakan adalah data nasional tingkat individu indeks massa tubuh (BMI) untuk 153.673 siswa kelas 8, 10, dan 12 dari studi MTF (Monitoring the Future). MTF adalah sebuah survei tahunan yang mengumpulkan data tentang perilaku, kebiasaan, dan persepsi remaja terkait dengan narkoba, alkohol, tembakau, dan masalah kesehatan lainnya. Ukuran hasil BMI dihitung berdasarkan tinggi dan berat badan yang dilaporkan sendiri dengan kategori: BMI persentil 85 berisiko mengalami kelebihan berat badan.
2. Variabel Independen
Tarif Pajak Minuman Bersoda
Data yang digunakan adalah data eksternal mengenai tarif pajak penjualan soda di grocery stores dan vending machine tingkat negara bagian selama periode 10 tahun (1997–2006).
3. Variabel kontrol
1. Ketersediaan Toko Makanan dan Restoran
Data yang digunakan merupakan ketersediaan toko makanan dan restoran di area lokal menggunakan data dari daftar bisnis yang dikembangkan oleh Dun dan Bradstreet (D&B) dengan klasifikasi toko makanan: supermarket rantai, supermarket non rantai, toserba, dan grocery stores. Klasifikasi restoran: restoran cepat saji dan restoran full service. Ketersediaan outlet ditentukan oleh jumlah outlet per 10.000 penduduk menggunakan perkiraan populasi data Sensus.
2. Status Ekonomi Sosial (SES)
SES area lokal menggunakan data pendapatan per kapita yang diperoleh dari sensus 2000.
3. Karakteristik Sosiodemografi
Karakteristik sosiodemografi mencakup jenis kelamin, kelas, usia, ras/etnis, tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan oleh ayah dan ibu, perkotaan/pedesaan, total pendapatan siswa, jam kerja mingguan siswa, dan apakah ibu bekerja paruh waktu atau penuh waktu.
Metode
Studi ini menggunakan analisis regresi linear multivariat untuk melihat hubungan antara pajak soda tingkat negara bagian dan BMI remaja. Kemudian, penelitian ini juga menilai efek dari apakah tarif pajak penjualan soda di grocery stores dianggap "tidak disukai" (disfavored), yaitu apakah tarif pajak penjualan soda lebih tinggi daripada tarif pajak untuk makanan secara umum. Indikator kategorikal digunakan untuk status yang tidak disukai dan pengukuran kontinu dari jumlah pajak yang tidak disukai (tarif pajak soda dikurangi tarif pajak makanan umum). Dengan begitu, hubungan dilihat dengan 6 regresi terpisah untuk memeriksa paparan pajak soda yang berbeda yakni:
Ukuran kontinu tarif pajak penjualan soda tingkat negara bagian;
Ukuran kategorikal (iya, tidak) keberadaan pajak penjualan soda tingkat negara bagian;
Ukuran kategorikal (iya, tidak) apakah pajak penjualan soda tingkat negara bagian tersebut tidak disukai;
Ukuran kontinu jumlah perbedaan antara tarif pajak soda (tarif pajak soda - tarif pajak makanan);
Ukuran kontinu tarif pajak soda vending machine tingkat negara bagian;
Ukuran kategorikal (iya, tidak) keberadaan pajak penjualan soda vending machine tingkat negara bagian.
Hasil dan Kesimpulan
Bagaimana hubungan tarif pajak minuman bersoda di grocery stores dan vending machine berdampak pada BMI remaja?
Tabel diatas menjelaskan hubungan antara tarif pajak soda grocery store dan vending machine tingkat negara bagian dan BMI remaja dengan 4 spesifikasi model tambahan yakni, a) no year effect, b) no local area food store and restaurant outlet control variables, c) no local area income control, d) no local area food store and restaurant and no local area income control variables.
Hasil menunjukkan bahwa pada model penuh (model 1), tarif pajak soda tidak signifikan secara statistik memengaruhi BMI remaja. Begitu juga pada model 2–5, hasil juga menunjukkan bahwa hubungan keduanya tidak terpengaruh ketika beberapa faktor dikontrol atau dikecualikan dalam analisis.
Bagaimana hubungannya jika berdasarkan beberapa status?
Pada tabel di atas, disajikan perkiraan berdasarkan status berat badan, tingkat, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan orang tua untuk menilai perbedaan potensial dalam hubungan antara pajak soda dan berat badan di antara subpopulasi ini. Hasil menunjukkan adanya hubungan negatif yang kecil dan lemah signifikan secara statistik antara tarif pajak soda vending machine tingkat negara bagian dan BMI remaja di antara mereka yang berisiko kelebihan berat badan. Peningkatan satu poin persentase dalam tarif pajak soda vending machine akan menurunkan 0,006 pada BMI di antara remaja yang berisiko mengalami kelebihan berat badan.
Mengapa hasilnya tidak signifikan?
Hal ini terjadi karena pertama, data yang diteliti merupakan data pooled cross-section sehingga tidak dapat melihat hubungan kausal antar variabel. Kedua, tinggi dan berat badan diukur sendiri oleh responden sehingga dapat terjadi kesalah pengukuran. Ketiga, survei MTF tidak mencakup informasi mengenai pendapatan rumah tangga dan konsumsi soda atau asupan kalori. Keempat, variabel kontrol tidak dapat menangkap variasi dalam pendapatan, sehingga hasil mungkin saja terpengaruh oleh bias variabel yang terlewat. Selain itu, sensitivitas pajak tidak dapat dinilai berdasarkan perbedaan pendapatan. Kelima, pajak minuman bersoda memiliki nominal yang terlalu kecil untuk memiliki pengaruh terhadap BMI remaja.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa berat badan anak-anak dalam keluarga dengan status ekonomi sosial yang rendah lebih sensitif terhadap harga makanan, di mana adanya pajak makanan di antara remaja dengan orang tua berpendidikan rendah berpengaruh secara negatif terhadap berat badan.
Review Pengulas
Pada tahun 2020, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengajukan pengenaan cukai baru pada minuman bersoda atau berpemanis sebesar Rp1.500 – Rp2.500 per liternya untuk mencegah penyakit diabetes yang mematikan (CNBC, 2020). Namun, wacana tersebut diundur dan direncanakan akan diterapkan pada tahun 2024 ini (Kumparan, 2023). Lantas apakah pengenaan pajak benar-benar dapat mengurangi risiko penyakit diabetes di Indonesia?
Berdasarkan penelitian di atas, pengenaan pajak tidak secara signifikan akan mengurangi konsumsi soda atau BMI remaja karena nominal tarifnya yang terlalu kecil. Namun, masih tetap ada hubungan negatif antara pengenaan pajak minuman bersoda dan BMI remaja walaupun sangatlah lemah. Penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara BMI yang tinggi dan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Maka, mungkin pengenaan pajak tidak akan secara langsung menurunkan angka risiko penyakit secara drastis, tetapi hal tersebut akan membantu mengurangi konsumsi minuman manis atau soda secara perlahan. Hal tersebut dapat terjadi karena naiknya harga pada minuman, sehingga mengurangi risiko penyakit. Dijelaskan juga pada penelitian di atas, alasan hasil penelitian tidak signifikan. Maka, perlu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini untuk melihat keefektifan pengenaan pajak minuman soda dalam mengurangi risiko penyakit.
🔥🔥🔥🔥